Cari Blog Ini

Minggu, 21 Maret 2010

FENOMENA KONFLIK MASA KINI

Kompleksitas alam semesta yang dirancang sedemikian rupa oleh Sang Pencipta merupakan suatu sistem alamiah dengan dinamika yang menimbulkan keharusan bagi setiap elemen yang berada didalamnya untuk membentuk suatu keseimbangan dalam setiap gerak yang dinamis. Semua benda dalam alam semesta ini bergerak;dan bukan hanya bergerak, tetapi bergerak yang ada tujuannya. (Theodorus, 2010 : 112)
Dalam rotasi siklusnya tidak ada satupun makhluk maupun benda alam yang tidak mengalami pergerakan ataupun pergeseran. Karena setiap gerakan maupun pergeseran yang terjadi merupakan suatu hubungan permanen yang bersifat kausal untuk terciptanya suatu keseimbangan dalam rangka mempertahankan keberadaannya. Berbagai sistem organ di dalam organism yang lebih kompleks seperti burung, binatang menyusui, dan manusia, bergerak supaya organisme itu tetap hidup;dan organisme itu juga sebagai sesosok lengkap makhluk hidup harus bergerak supaya tetap hidup. (Conny R Semiawan, 2010 : 112)
Manusia sebagai bagian dari ciptaan Tuhan merupakan salah satu elemen dari sistem alam semesta yang hingga saat ini masih diyakini sebagai ciptaan paling sempurna dan paling mulia dalam siklus kehidupan alam semesta ini. Akal budi serta keyakinan akan adanya roh dan jiwa dalam tubuh manusia merupakan motor bagi setiap individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Proses interaksi antara manusia dan lingkungannya tidak akan pernah terlepas dari sifat dasar manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam rangka memenuhi setiap kebutuhannya dengan berorientasi pada kepuasan tanpa batas.
Sifat dasar manusia adalah keinginan untuk mencapai suatu kepuasan pada level tertentu yang disepakati bersama sebagai kepuasan klimaks walaupun sebenarnya tidak ada limitasi yang baku dengan standard tercapainya tujuan yang diinginkan. Pencapaian tujuan ini melibatkan manusia dan seluruh unsur kehidupan dalam dunia untuk saling berinteraksi dalam nuansa mutualistis yang tidak jarang menimbulkan permasalahan bahkan menumbulkan konflik secara insidentil maupun permanen. Sehingga dengan proses tersebut karakter dan sifat dasar manusia menjadi pilar utama terbentuknya keseimbangan dalam upaya mempertahankan hidupnya.
Bangsa Indonesia merupakan suatu bentuk hasil kesepakatan antar manusia yang hidup bersama dalam lingkup geografis yang dinamakan Nusantara. Selanjutnya dirancang oleh sekelompok manusia yang memiliki otoritas pada saat itu sedemikian rupa sehingga dapat membentuk suatu konsep sistem kenegaraan dalam upaya pencapaian tujuan bersama dengan latar belakang visi yang sama yakni mewujudkan kesejahteraan ,kemakmuran dan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Walaupun konsep dasar cita-cita bangsa yang luhur dan mulia telah dirumuskan dalam UUD 1945 namun dalam perjalanannya fakta menunjukkan bahwa bangsa Indonesia hingga kini masih berupaya untuk menemukan jati dirinya.
Hal ini dapat dilihat dari fenomena konflik dan krisis di segala bidang yang sering didengungkan sebagai dampak arus globalisasi yang melanda Indonesia dengan sangat kuat. Beberapa pandangan mengatakan bahwa ini merupakan bentuk ketidaksiapan bangsa Indonesia untuk menghadapi globalisasi dunia saat ini yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Tidak sedikit pula pandangan yang memfokuskan kesalahan pada kebobrokan kepemimpinan pemerintahan Indonesia pada periode yang lalu
Fenomena konflik dalam sistem ketatanegaraan maupun dalam kehidupan rakyat Indonesia saat ini bagaikan film drama berseri yang menarik untuk diikuti perkembangannya, dimana sistem yang seharusnya dimainkan oleh para aktor utama untuk mencapai cita-cita bangsa yang luhur dan mulia sebagai konsep paling fundamental bangsa justru cenderung didominasi oleh sutradara yang tidak sekedar menyusun narasi sebuah film bahkan juga ingin menjalankan sebagai pemeran utama. Selain itu tidak jarang saat ini orang lebih menyukai peran sebagai stuntmen dengan harapan bisa terhindar dari tuntutan ketika menghadapi sebuah kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan
Oleh karena itu ada beberapa pertanyaan mendasar yang muncul, "Siapa sih yang paling benar di dunia ini?", "Siapa sih yang paling bersalah?", "Kenapa sih harus ada pembelaan?", "Kenapa sih harus ada penuntutan?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak jarang berakhir dengan ungkapan emosional "Apa sih mau mu?", "emang Lu siapa?" sehingga berujung pada istilah "Lempar Kerikil Sembunyi Batu", kalo dimasa pendidikan penulis dulu ada istilah yang sering digunakan untuk mengungkapkan rasa kesal yang tak berujung dan tampak tidak ada jalan keluar lagi yaitu " Maaaa....Jaaaaa....Laaah " (artinya : "ya terima ajalah.....").
Fenomena konflik tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia, namun terkadang fenomena "Udang di Balik Konflik" menyebabkan perseteruan antar manusia,antar manusia dengan kelompoknya , bahkan meledak hingga antar kelompok. Bagi para pemilik "udang" merupakan sebuah keuntungan besar dari terjadinya sebuah konflik, tapi bagi korban konflik untuk makan nasi saja susah, apalagi makan "udang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar